Minggu, 15 Mei 2016

manajerial grid dalam kepemimpinan


A.     LATAR BELAKANG

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang  diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara  soepadi(1988) mendefinisikan kepimpinan sebagai”kemampuan untuk menggerakkan,mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahhkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media menejemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan adminitrasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya adanya pengikut serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikutnya berintraksi.

Leadership (kepemimpinan) sesungguhnya ada pada diri setiap orang tergantung bagaimana mereka mengembangkan jiwa kepimpinan yang ada pada mereka ini dibuktikan pada pendapat para ahli yang terdapat pada teori sifat yang memaparkan bahwa setiap manusia telah diberikan kemampuan untuk memimpin sejak lahir. Sering orang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti daripada managemen. Memang demikianlah halnya karena kepemimpinan merupakan “motor  atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi”.

A.     Gaya Kepemimpinan Managerial Grid
Gaya kepemimpinan managerial grid dipelopori oleh Robert R Blake dan Jane S Mouton.Dalam pendekatan Managerial Grid , manajer berhubungan dengan 2 hal yakni produksi di satu pihak (concern for production /perhatian terhadap produksi)  dan orang-orang di pihak lain (concern for people/perhatian terhadap orang).
Perilaku kepemimpinan “concern for production”(perhatiam terhadap produksi) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Mengutamakan tercapainya tujuan
2.      Mementingkan produksi yang tinggi
3.      Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan
4.      Lebih banyak melakukan pengarahan
5.      Melaksanakan tugas dengan melakukan prosedur kerja ketat
6.      Melakukan pengawasan secara ketat
7.      Penilaian terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja
Perilaku kepemimpinan “concern for people” (perhatian terhadap orang) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Memperhatikan kebutuhan bawahan
2.      Berusaha menciptakan suasana saling percaya
3.      Berusaha menciptakan suasana saling harga-menghargai
4.      Simpati terhadap perasaab bawahan
5.      Memiliki sikap bersahabat
6.      Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain
7.      Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplin diri, mengontrol diri
 Antara perilaku perhatian terhadap produksi dan perilaku perhatian terhadap orang dapat saling berpengaruh. Seorang pemimpin dapat sekaligus berperilaku memperhatikan produksi dan memperhatikan orang dengan derajat sama tinggi atau dengan derajat berbeda.
Managerial Grid ditunjukkan dengan gambar yang memperlihatkan adanya perhatian terhadap produksi pada sumbu mendatar dan perhatian kepada orang pada sumbu menegak sebagai berikut:

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia8LXfcc6j7kWBgg2GfNY_mlxsPpOt8yK5SNciszUZpa7eGbk1uxM_kQJI8dZDtAPPKBQTDGW4CSdK6rbBjlPKthH-YWZkJCvvdqnHmfXs5gOKjmErNlHV5msKj71GeDpkk7HnvWLcwz8c/s1600/Magerial+Grid.jpg


Keterangan :
Pada Grid 1.1 (Impoverished Leadership) manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengannya, dan produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manajer dalam grid ini menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkomunikasikan informasi dari atasan kepada bawahan.
Pada Grid 1.9 (Country Club Leadership), Gaya kepemimpinan dari manajer grid ini  ialah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manajer seperti ini dinamakan pemimpin klub (The country club management). Manajer ini berusaha menciptakan suasana lingkungan yang semua orang bias bekerja rileks, bersahabat dan bahagia dalam organisasinya.
Pada Grid 9.1 (Task Leadership), manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis (autocratic task managers). Manajer semacam ini hanya mau memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya
Pada Grid 5.5 (Middle of road leadership), Manajer mempunyai pemikiran yang medium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Dia berusaha menciptakan dan membina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang dipimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok. Dia tidak menciptakan target yang tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik.
Pada Grid 9.9 (Team Leadership), manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba untuk merencanakan semua usaahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manajer yang termasuk dalam Grid ini dikatakan sebagai manajer Tim yang riil (the real team manajer). Dia mampu memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan orang-orang secara individu.
Tipe kepemimpinan semacam ini sangat memberikan keuntungan besar bagi organisasi sebab sangat dirasakan:
·         Adanya peningkatan hasi
·         Bertambah baiknya hubungan antar kelompok
·         Kemanfaatan kegiatan kelompok lebih efektif
·         Pertentangan atau suasana bersaing yang tidak sehat antar bawahan sangat kurang
·         Meningkatkan saling pengertian antar individu
·         Meningkatknya usaha  kreativitas individu
Sehingga dapat disimpulkan, Inti dari kelima tipe tersebut adalah :
1.      Impoverished Leadership (1.1)
Pada dasarnya menunjukkan tidaknya adanya keterlibatan kepemimpinan baik kepada bawahan maupun hasil.
2.      Country Club Leadership (1.9)
Secara keseluruhan ditekankan kepada kebutuhan bawahan dan terciptanya suasana kerja yang bebas dari segala tekanan.
3.      Task Leadership (9.1)
Secara total ditekankan pada kepentingan hasil dan sedikit mungkin untuk keperluan bawahan.
4.      Middle of road leadership (5.5)
Terpeliharanya tingkat kepuasan bawahan maupun untuk kepuasan hasil.
5.      Team Leadership (9.9)
Menggambarkan satu kriteria keberhasilan kepemimpinan, tercapainya pelaksanaan tugas-tugas organisasi yang didukung keterikatan antara bawahan melalui saling adanya kepercayaan dan hormat-menghormati. Blake dan Mouton mengatakan bahwa tipe ini merupakan yang paling efektif dari kepemimpinan perilaku.

B.     LEADERSHIP CONTINUUM (OTOKRATIS-DEMOKRATIS)
Leadership continuum merupakan gaya kepemimpinan yang menggabungkan tipe pemimpin otokratis dan demokratis. Gaya kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994). Awalnya gaya kepemimpinan kontinum ini ditulis pada tahun 1958 oleh Tannenbaum dan Warren Schimdt dan kemudian diperbarui pada tahun 1973.  Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua pengaruh yang ekstrem pemimpim memengaruhi bawahannya. Pertama, pemimpin menonjolkan sisi ekstrem memengaruhi bawahannya dengan perilaku otokrasi. Kedua, pemimpin menonjolkan memengaruhi bawahannya dengan perilaku demokratis.
Pada sisi ektrem yang pertama pemimpin menonjolkan perilaku otokrasi yaitu dengan memengaruhi bawahan menggunakan kekuasaan dan wewenang yang dimilikinya. Sedangkan pada sisi ekstrem yang kedua, pemimpin menonjolkan perilaku demokratis yaitu dengan memengaruhi bawahan menggunakan kebebasan bawahan. Gaya kepemimpinan Leadeship Continuum ini berpusat yang berada di antara boss-centered dan sub-ordinate-centered. Jarak antaranya tergantung pada keadaan situasi organisasi dan pemimpin menyesuaikan perilaku bawahan agar sesuai dengan situasi organisasi.
Menurut Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt dalam bukunya How to Choose Leadership Pattern,  gaya kepemimpinan kontinum menjelaskan pembagian kekuasaan antara pemimpin dan bawahannya. Gaya kepemimpinan kontinum membagi tujuh daerah mulai dari otokratis sampai dengan titik demokratis seperti yang dijelaskan di atas. Demokratis (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan. Otokratis (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai dengan penggunaan wewenang oleh pemimpin. Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional. Sehingga untuk memilih model dan wewenang yang paling tepat dalam pengambilan keputusan, pemimpin yang gaya kepemimpinannya kontinum harus mempertimbangkan:
1.        Kekuatan di manajer: kepercayaan pada partisipasi anggota tim dan kepercayaan diri dalam kemampuan angota.
2.        Kekuatan di bawahan: bawahan yang mandiri, toleran terhadap ambiguitas, kompeten, mengidentifikasi dengan tujuan organisasi.
3.        Kekuatan dalam situasi: tim memiliki pengetahuan yang diperlukan, tim memegang nilai-nilai dan tradisi organisasi, tim bekerja efektif.
1. CIRI-CIRI LEADERSHIP CONTINUUM
Seperti dijelaskan di atas bahwa kepemimpinan kontinum (Leadership continuum) merupakan gabungan dari tipe pemimpin yang otokratis dan demokratis. Sehingga ciri dari gaya kepimpinan ini merupakan gabungan antara tipe pemimpin yang otokratis dan demokratis.
Tipe pemimpin yang otokratis cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Ciri-ciri tipe pemimpin yang otokratis adalah sebagai berikut: a) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin; b) Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas; c) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota; d) Pemimpin kurang memperhatikan bawahan; e) Komunikasi hanya satu arah yaitu ke bawah saja; f) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota; g) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.
Banyak akibat negatif yang ditimbulkan jika pemimpin otoktatis ini dijalankan diantaranya adalah perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuan, akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan keputusan maka kreatifitas akan tidak pernah tersalurkan, timbul sikap apatis, dan kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin sifatnya statis karena mengulangi sesuatu yang dianggap sudah benar.
Kemudian tipe pemimpin yang ditimbulkan dari gaya kepemimpinan kontinum adalah tipe demokratis. Demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Tipe pemimpin yang demokratis cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi bawahan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagaimana suatu kesempatan untuk melatih bawahan. Ciri-ciri tipe pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut: a) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin; b) Kegiatan-kegiatan diskusi, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih; c) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok; d) Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi; e) Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
Namun, pada kenyataanya gaya kepemimpinan kontinum ini tidak mengacu pada dua tipe pemimpin yang ekstrem seperti di atas. Melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrem dari tipe pemimpin yang otokratis dan demokratis.

2. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN LEADERSHIP CONTINUUM 
            Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dapat dikatakan efektif tanpa mempertimbangkan situasi kultural,  situasi kerja, dan  kebutuhan  kinerja yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Bennis mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1.        Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
2.        Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3.        Mempunyai kemampuan menjalin hubungan antar manusia.
4.        Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal orang lain dengan baik.
Meskipun gaya kepemimpinan kontinum menggabungkan antara tipe pemimpin yang otokratis dan memberi sisi ekstrem bagi bawahan dengan memberikan sikap demokratis bagi bawahan,  namun gaya kepemimpinan ini memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1.        Pemimpin hanya melibatkan langkah awal menetapkan suatu tugas kepada bawahan, bukan melibatkan bawahan pada proses yang dapat menentukan efektivitas hasilnya.
2.        Gaya kepemimpinan ini mengasumsikan bahwa seorang pemimpin memiliki informasi yang cukup untuk menentukan disposidi untuk diri sendiri maupun tim.
3.        Menganggap lingkungan di sekitar ‘netral’, tidak terikat ikatan sosial maupun politik. Padahal lingkungan antara pemimpin dan bawahan terdapat ikatan sosial dan politik di dalamnya.
4.        Keputusan yang dibuat untuk menyederhanakan dua kutub dimensi terasa kompleks. Padahal keputusan tersebut seharusnya bisa lebih sederhana daripada yang telah diputuskan.
Selain memiliki kelemahan seperti yang dijelaskan di atas, gaya kepemimpinan kontinum juga memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.        Pemimpin memberikan berbagai pilihan keterlibatan bagi bawahan dalam pengambilan keputusan.
2.        Gaya kepemimpinan ini menyajikan kriteria untuk keterlibatadan dan delegasi dalam pengambilan keputusan.
3.        Pembuat keputusan berfokus pada kriteria yang relevan misalnya, gaya dan waktu.
4.        Menekankan pengembangan dan pemberdayaan karyawan dengan melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan.
5.        Gaya kepemimpinan ini melihat bagaimana delegasi dari seorang pemimpin kepada bawahan memberi sifat efektif bagi pengambilan keputusan.
6.        Pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan bagi pemimpin serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.
7.        Orientasi utama dari perilaku otokratis seorang pemimpin adalah pada tugas.
8.        Perilaku demokratis dari seorang pemimpin ini memperoleh sumber kekuasaan atau wewenang yang berasal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana pemimpin senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.


1 komentar:

  1. titanium watch | Watch | Watch | TITanium
    In stainless steel, titanium hair trimmer as seen on tv a titanium micro touch titanium trim watch is remmington titanium crafted with titanium, micro touch hair trimmer the distinction that we see in a modern design. This westcott scissors titanium stylish watch is manufactured to make

    BalasHapus