A. LATAR
BELAKANG
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna (1993)
merumuskan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”.
Sementara soepadi(1988) mendefinisikan kepimpinan sebagai”kemampuan
untuk menggerakkan,mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahhkan menghukum (kalau perlu),
serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media menejemen mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan adminitrasi secara efektif dan efisien. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling
berhubungan yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya adanya pengikut serta
adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikutnya berintraksi.
Leadership
(kepemimpinan) sesungguhnya ada pada diri setiap orang tergantung bagaimana
mereka mengembangkan jiwa kepimpinan yang ada pada mereka ini dibuktikan pada
pendapat para ahli yang terdapat pada teori sifat yang memaparkan bahwa setiap
manusia telah diberikan kemampuan untuk memimpin sejak lahir. Sering orang
mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti daripada managemen. Memang
demikianlah halnya karena kepemimpinan merupakan “motor atau daya
penggerak daripada semua sumber-sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia
bagi suatu organisasi”.
A. Gaya Kepemimpinan
Managerial Grid
Gaya
kepemimpinan managerial grid dipelopori oleh Robert R Blake dan Jane S
Mouton.Dalam pendekatan Managerial Grid , manajer berhubungan dengan 2 hal
yakni produksi di satu pihak (concern for production /perhatian
terhadap produksi) dan orang-orang di pihak lain (concern for
people/perhatian terhadap orang).
Perilaku
kepemimpinan “concern for production”(perhatiam terhadap produksi)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengutamakan
tercapainya tujuan
2. Mementingkan
produksi yang tinggi
3. Mengutamakan
penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan
4. Lebih
banyak melakukan pengarahan
5. Melaksanakan
tugas dengan melakukan prosedur kerja ketat
6. Melakukan
pengawasan secara ketat
7. Penilaian
terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja
Perilaku
kepemimpinan “concern for people” (perhatian terhadap orang) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memperhatikan
kebutuhan bawahan
2. Berusaha
menciptakan suasana saling percaya
3. Berusaha
menciptakan suasana saling harga-menghargai
4. Simpati
terhadap perasaab bawahan
5. Memiliki
sikap bersahabat
6. Menumbuhkan
peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain
7. Lebih
mengutamakan pengarahan diri, mendisiplin diri, mengontrol diri
Antara
perilaku perhatian terhadap produksi dan perilaku perhatian terhadap orang
dapat saling berpengaruh. Seorang pemimpin dapat sekaligus berperilaku
memperhatikan produksi dan memperhatikan orang dengan derajat sama tinggi atau
dengan derajat berbeda.
Managerial Grid ditunjukkan dengan
gambar yang memperlihatkan adanya perhatian terhadap produksi pada sumbu
mendatar dan perhatian kepada orang pada sumbu menegak sebagai berikut:
Keterangan
:
Pada
Grid 1.1 (Impoverished Leadership) manajer sedikit sekali usahanya untuk
memikirkan orang-orang yang bekerja dengannya, dan produksi yang seharusnya
dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manajer dalam grid ini
menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkomunikasikan informasi
dari atasan kepada bawahan.
Pada
Grid 1.9 (Country Club Leadership), Gaya kepemimpinan dari
manajer grid ini ialah mempunyai rasa tanggung jawab yang
tinggi untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi
pemikirannya mengenai produksi rendah. Manajer seperti ini dinamakan pemimpin
klub (The country club management). Manajer ini berusaha menciptakan suasana
lingkungan yang semua orang bias bekerja rileks, bersahabat dan bahagia dalam
organisasinya.
Pada
Grid 9.1 (Task Leadership), manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan
tugas secara otokratis (autocratic task managers). Manajer semacam ini hanya
mau memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja,
tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang
bekerja dalam organisasinya
Pada
Grid 5.5 (Middle of road leadership), Manajer mempunyai pemikiran yang medium
baik pada produksi maupun pada orang-orang. Dia berusaha menciptakan dan
membina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang dipimpinnya, dan
produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok. Dia tidak
menciptakan target yang tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati
mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik.
Pada
Grid 9.9 (Team Leadership), manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia
mencoba untuk merencanakan semua usaahanya dengan senantiasa memikirkan
dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam
organisasinya. Manajer yang termasuk dalam Grid ini dikatakan sebagai manajer
Tim yang riil (the real team manajer). Dia mampu memadukan kebutuhan-kebutuhan
produksi dengan kebutuhan orang-orang secara individu.
Tipe
kepemimpinan semacam ini sangat memberikan keuntungan besar bagi organisasi
sebab sangat dirasakan:
· Adanya
peningkatan hasi
· Bertambah
baiknya hubungan antar kelompok
· Kemanfaatan
kegiatan kelompok lebih efektif
· Pertentangan
atau suasana bersaing yang tidak sehat antar bawahan sangat kurang
· Meningkatkan
saling pengertian antar individu
· Meningkatknya
usaha kreativitas individu
Sehingga
dapat disimpulkan, Inti dari kelima tipe tersebut adalah :
1. Impoverished
Leadership (1.1)
Pada
dasarnya menunjukkan tidaknya adanya keterlibatan kepemimpinan baik kepada
bawahan maupun hasil.
2. Country
Club Leadership (1.9)
Secara
keseluruhan ditekankan kepada kebutuhan bawahan dan terciptanya suasana kerja
yang bebas dari segala tekanan.
3. Task
Leadership (9.1)
Secara
total ditekankan pada kepentingan hasil dan sedikit mungkin untuk keperluan
bawahan.
4. Middle
of road leadership (5.5)
Terpeliharanya
tingkat kepuasan bawahan maupun untuk kepuasan hasil.
5. Team
Leadership (9.9)
Menggambarkan satu
kriteria keberhasilan kepemimpinan, tercapainya pelaksanaan tugas-tugas
organisasi yang didukung keterikatan antara bawahan melalui saling adanya
kepercayaan dan hormat-menghormati. Blake dan Mouton mengatakan bahwa tipe ini
merupakan yang paling efektif dari kepemimpinan perilaku.
B.
LEADERSHIP CONTINUUM
(OTOKRATIS-DEMOKRATIS)
Leadership continuum merupakan gaya kepemimpinan yang menggabungkan
tipe pemimpin otokratis dan demokratis. Gaya kepemimpinan ini dipopulerkan oleh
Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994). Awalnya
gaya kepemimpinan kontinum ini ditulis pada tahun 1958 oleh Tannenbaum dan
Warren Schimdt dan kemudian diperbarui pada tahun 1973. Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa
ada dua pengaruh yang ekstrem pemimpim memengaruhi bawahannya. Pertama,
pemimpin menonjolkan sisi ekstrem memengaruhi bawahannya dengan perilaku
otokrasi. Kedua, pemimpin menonjolkan memengaruhi bawahannya dengan perilaku
demokratis.
Pada sisi ektrem yang pertama pemimpin menonjolkan perilaku
otokrasi yaitu dengan memengaruhi bawahan menggunakan kekuasaan dan wewenang
yang dimilikinya. Sedangkan pada sisi ekstrem yang kedua, pemimpin menonjolkan
perilaku demokratis yaitu dengan memengaruhi bawahan menggunakan kebebasan
bawahan. Gaya kepemimpinan Leadeship Continuum ini berpusat yang berada di
antara boss-centered dan sub-ordinate-centered. Jarak antaranya tergantung pada
keadaan situasi organisasi dan pemimpin menyesuaikan perilaku bawahan agar
sesuai dengan situasi organisasi.
Menurut Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt dalam bukunya How to
Choose Leadership Pattern, gaya
kepemimpinan kontinum menjelaskan pembagian kekuasaan antara pemimpin dan
bawahannya. Gaya kepemimpinan kontinum membagi tujuh daerah mulai dari
otokratis sampai dengan titik demokratis seperti yang dijelaskan di atas.
Demokratis (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh
penggunaan wewenang oleh bawahan. Otokratis (tugas berorientasi) pola kepemimpinan
yang ditandai dengan penggunaan wewenang oleh pemimpin. Perhatikan bahwa
sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis)
penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional. Sehingga untuk
memilih model dan wewenang yang paling tepat dalam pengambilan keputusan,
pemimpin yang gaya kepemimpinannya kontinum harus mempertimbangkan:
1. Kekuatan di
manajer: kepercayaan pada partisipasi anggota tim dan kepercayaan diri dalam
kemampuan angota.
2. Kekuatan di bawahan:
bawahan yang mandiri, toleran terhadap ambiguitas, kompeten, mengidentifikasi
dengan tujuan organisasi.
3. Kekuatan dalam
situasi: tim memiliki pengetahuan yang diperlukan, tim memegang nilai-nilai dan
tradisi organisasi, tim bekerja efektif.
1. CIRI-CIRI LEADERSHIP CONTINUUM
Seperti dijelaskan di atas bahwa kepemimpinan kontinum (Leadership
continuum) merupakan gabungan dari tipe pemimpin yang otokratis dan demokratis.
Sehingga ciri dari gaya kepimpinan ini merupakan gabungan antara tipe pemimpin
yang otokratis dan demokratis.
Tipe pemimpin yang otokratis cenderung memusatkan kekuasaan kepada
dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan
secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir tidak diberi kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh pemimpin tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan. Ciri-ciri tipe pemimpin yang otokratis adalah
sebagai berikut: a) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin; b) Teknik dan
langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga
langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas;
c) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota;
d) Pemimpin kurang memperhatikan bawahan; e) Komunikasi hanya satu arah yaitu
ke bawah saja; f) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan
kecamannya terhadap kerja setiap anggota; g) Pemimpin mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.
Banyak akibat negatif yang ditimbulkan jika pemimpin otoktatis ini
dijalankan diantaranya adalah perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat
pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuan,
akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan
keputusan maka kreatifitas akan tidak pernah tersalurkan, timbul sikap apatis,
dan kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin sifatnya statis
karena mengulangi sesuatu yang dianggap sudah benar.
Kemudian tipe pemimpin yang ditimbulkan
dari gaya kepemimpinan kontinum adalah tipe demokratis. Demokratis ditandai
dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Tipe pemimpin yang demokratis cenderung
mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan,
mendorong partisipasi bawahan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan
tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagaimana suatu
kesempatan untuk melatih bawahan. Ciri-ciri tipe pemimpin yang demokratis
adalah sebagai berikut: a) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan
keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin; b) Kegiatan-kegiatan
diskusi, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan jika dibutuhkan
petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif
prosedur yang dapat dipilih; c) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja
yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok; d) Lebih
memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi; e) Menekankan dua hal
yaitu bawahan dan tugas.
Namun, pada kenyataanya gaya kepemimpinan
kontinum ini tidak mengacu pada dua tipe pemimpin yang ekstrem seperti di atas.
Melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrem dari
tipe pemimpin yang otokratis dan demokratis.
2. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN LEADERSHIP
CONTINUUM
Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dapat dikatakan
efektif tanpa mempertimbangkan situasi kultural, situasi kerja, dan kebutuhan
kinerja yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Bennis
mengatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1.
Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
2.
Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3.
Mempunyai kemampuan menjalin hubungan antar manusia.
4.
Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk
mengenal orang lain dengan baik.
Meskipun gaya kepemimpinan kontinum
menggabungkan antara tipe pemimpin yang otokratis dan memberi sisi ekstrem bagi
bawahan dengan memberikan sikap demokratis bagi bawahan, namun gaya kepemimpinan ini memiliki beberapa
kelemahan yaitu:
1.
Pemimpin hanya melibatkan langkah awal menetapkan suatu tugas kepada
bawahan, bukan melibatkan bawahan pada proses yang dapat menentukan efektivitas
hasilnya.
2.
Gaya kepemimpinan ini mengasumsikan bahwa seorang pemimpin memiliki
informasi yang cukup untuk menentukan disposidi untuk diri sendiri maupun tim.
3.
Menganggap lingkungan di sekitar ‘netral’, tidak terikat ikatan sosial
maupun politik. Padahal lingkungan antara pemimpin dan bawahan terdapat ikatan
sosial dan politik di dalamnya.
4.
Keputusan yang dibuat untuk menyederhanakan dua kutub dimensi terasa
kompleks. Padahal keputusan tersebut seharusnya bisa lebih sederhana daripada
yang telah diputuskan.
Selain memiliki kelemahan seperti yang
dijelaskan di atas, gaya kepemimpinan kontinum juga memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
1.
Pemimpin memberikan berbagai pilihan keterlibatan bagi bawahan dalam
pengambilan keputusan.
2.
Gaya kepemimpinan ini menyajikan kriteria untuk keterlibatadan dan
delegasi dalam pengambilan keputusan.
3.
Pembuat keputusan berfokus pada kriteria yang relevan misalnya, gaya dan
waktu.
4.
Menekankan pengembangan dan pemberdayaan karyawan dengan melibatkan partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan.
5.
Gaya kepemimpinan ini melihat bagaimana delegasi dari seorang pemimpin
kepada bawahan memberi sifat efektif bagi pengambilan keputusan.
6.
Pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan bagi pemimpin
serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.
7.
Orientasi utama dari perilaku otokratis seorang pemimpin adalah pada
tugas.
8.
Perilaku demokratis dari seorang pemimpin ini memperoleh sumber
kekuasaan atau wewenang yang berasal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan
dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya
berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana
pemimpin senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
titanium watch | Watch | Watch | TITanium
BalasHapusIn stainless steel, titanium hair trimmer as seen on tv a titanium micro touch titanium trim watch is remmington titanium crafted with titanium, micro touch hair trimmer the distinction that we see in a modern design. This westcott scissors titanium stylish watch is manufactured to make